Thursday 1 June 2017

KHILAFAH UTHMANIYYAH (1)

Pengenalan
Bangsa Turki tercatat dalam sejarah atas keberhasilannya mendirikan dua Dinasti, iaitu Dinasti Turki Saljuk dan Turki Usmani. Kehancuran Dinasti Turki Saljuk oleh serangan bangsa Mongol merupakan awal dari terbentuknya Dinasti Turki Uthmaniyyah.

Khalifah Al Qaim (masa Dinasti Buwaih) meminta pertolongan kaum Turki bani Seljuk yang berasal dari padang nomad Monggolia untuk menghalau puak Syiah Bani Buwaih daripada mempengaruhi Istana Baghdad.
 
Pada masa kekuasaan dinasti Buwaihi ini, khalifah hanya merupakan symbol persatuan, sedangkan roda pemerintahan dipegang oleh amir al-umara atau perdana menteri. Khalifah hanya menjadi boneka dan tidak mempunyai kekuasaan untuk memerintah kerajaan.

Akhirnya pada tahun 447 H pimpinan Saljuk itu memasuki Baghdad. Al-Malik Abdur Rahim, Amir al-Umara Bani Buwaih yang terakhir, ditangkap dan dipenjarakan. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Bani Buwaih dan bermulalah kekuasaan Dinasti Saljuk.


Kekaisaran Seljuk Agung  terbentang dari Anatolia hingga ke Rantau Punjab di Asia Selatan.


Pada tahun 923 Hijriyah secara rasmi Khalifah Abbasiyah di Kairo mengalihkan kekuasaan Khilafah kepada Uthmaniyah yang pada saat itu di pimpin oleh Sultan Salim I bin Beyzid (923-926 H) dan pada saat itu pula Sultan Salim I menjadi Khalifah umat Islam.








Sejarah Awal


Pasca pembubaran Kesultanan Rum yang dipimpin dinasti Seljuq Turki, pendahulu Utsmaniyah, pada tahun 1300-an, Anatolia terpecah menjadi beberapa negara merdeka (kebanyakan Turki) yang disebut emirat Ghazi. Salah satu Emirat Ghazi dipimpin oleh Osman I (1258 – 1326) dan namanya menjadi asal usul nama Utsmaniyah.



Ertoghul

Beliau merupakan bapa kepada Osman I, pengasas bagi Empayar Uthmaniyyah. Ertoghul ialah anak lelaki kepada Suleiman Shah, pemimpin puak Kayı dari bangsa Oghuz Turk, yang melarikan diri daripada timur Iran ke Anatolia untuk melepaskan diri daripada penaklukan Mongol. 

Setelah kematian bapa beliau, Ertoghul dan para pengikut beliau berkhidmat dengan Kesultanan Rum Seljuk, yang mana beliau kemudian dianugerahkan sebidang tanah di kota Söğüt di perbatasan dengan Empayar Byzantine. Rangkaian peristiwa ini akhirnya menyebabkan pengasasan Empayar Uthmaniyyah.


Pada abad ke-13 M, Erthoghul pergi ke Anatolia.Mereka melarikan diri ke wilayah Barat sebagai akibat dari serangan Mongol. mereka mencari tempat perlindungan dari Turki Saljuk di daratan Tinggi Asia Kecil. 

Wilayah itu berada dibawah kekuasaan Sultan Alaudin II . Erthoghul membantunya melawan serangan dari Byzantium. Ertoghul menang dan mendapatkan sebagian wilayah (Asyki Syahr) dari Alaudin yang berbatasan dengan Bizantium dan memilih Syukud sebagai Ibu kotanya.



Sultan Uthman bin Urtoghal (699-726 H/ 1294-1326 M) 
Pada tahun 1267 M, Uthman anak Urtughril lahir. Tahun kelahirannya bersamaan dengan serbuan pasukan Mongolia dibawah pimpinan Hulagu yang menyerbu ibu kota Khilafah Abbasiyah

Ertugrul meninggal dunia pada tahun 1289 M. kepemimpinannya dilanjutkan oleh putranya yang bernama Usman (1281-1324), atas persetujuan Alauddin. 

Pada tahun 1300, bangsa Mongol Menyerang Kerajaan Saljuk, dan Dinasti ini terpecah-pecah dalam beberapa Dinasti kecil. Dalam kondisi kehancuran Saljuk inilah, Usman mengklaim Kemerdekaan secara penuh atas wilayah yang didudukinya, sekaligus memproklamirkan berdirinya kerajaan Turki Usmani. 

Dengan demikian, secara tidak langsung mereka mengakui Usman sebagai penguasa tertinggi dengan gelar “Padinsyah Ali Usman”.

Setelah Usman mengakui dirinya sebagai Raja Besar Keluarga Usman pada tahun 699 H/1300 M, secara bertahap ia memperluas wilayahnya. Penyerangan awal dilakukan di sekitar daerah perbatasan Bizantium dan Brussa (Broessa) dijadikan salah satu daerah yang menjadi objek taklukan. Pada tahun 1317 M. wilayah tersebut dapat dikuasainya dan dijadikan sebagai ibu kota pada tahun 1326 M.





Sultan Urkhan bin Utsman (726-761 H/ 1326-1359 M)
Sultan Urkhan adalah putera Utsman I. sebelum Urkhan ditetapkan menjadi raja, ia telah banyak membantu perjuangan ayahnya. Dia telah menjadikan Brousse sebagai ibu kota kerajaannya.

Pada masa pemerintahannya, dia berhsil mengalahkan dan menguasai sejumlah kota di selat Dardanil. Tentara baru yang dibentuk oleh Urkhan I diberi nama Inkisyaiah. Pasukan ini dilengkapi dengan persenjataan dan pakaian seragam. Di zaman inilah pertama kali dipergunakan senjata meriam.



Sultan Murad I bin Urkhan (761-791 H/ 1359-1389 M)
Pengganti sultan Urkhan adalah Sultan Murad I. selain memantapkan keamanan di dalam negrinya, sultan juga meneruskan perjuangan dan menaklukkan beberapa daerah ke benua Eropa. Ia menaklukkan Adrianopel, yang kemudian dijadikan sebagai ibukota kerajaan yang baru serta membentuk pasukan berkuda (Kaveleri). Perjuangannya terus dilanjutkan dengan menaklukkan Macedonia, Shopia ibukota Bulgaria, dan seluruh wilayah bagian utara Yunani.

Karena banyaknya kota-kota yang ditaklukkan oleh Murad I, pada waktu itu bangsa Eropa mulai cemas. Akhirnya raja-raja Kristen Balkan meminta bantuan Paus Urban II untuk mengusir kaum muslimin dari daratan Eropa. Maka peperangan antara pasukan Islam dan Kristen Eropa pada tahun 765 H (1362 M). Peperangan itu dimenangkan oleh pasukan Murad I, sehingga Balkan jatuh ke tangan umat Islam. Selanjutnya pasukan Murad I merayap terus menguasai Eropa Timur seperti Somakov, Sopia Monatsir, dan Saloniki.




Sultan Bayazid I bin Murad ( 791-805 H/ 1389-1403 M)
Bayazid adalah putra Murad I. Ia meneruskan perjuangan ayahnya dengan memperluas wilayahnya seperti Eiden, Sharukan, dan Mutasya di Asia Kecil dan Negri-negri bekas kekuasaan Bani saluki. Bayazid sangat besar pengaruhnya, sehingga mencemaskan Paus. Kemudian Paus Bonifacius mengadakan penyerangan terhadap pasukan Bayazid, dan peperangan inilah yang merupakan cikal bakal terjadinya Perang Salib.

Tentara Salib ketika itu terdiri dari berbagai bangsa, namun dapat dilumpuhkan oleh pasukan Bayazid. Namun pada peperangan berikutnya ketika melawan Timur Lenk di Ankara, Bayazid dapat ditaklukkan, sehingga mengalami kekalahan dan ketika itu Bayazid bersama putranya Musa tertawan dan wafat dalam tahanan Timur Lenk pada tahun 1403 M.


Sultan Muhammad I bin Bayazid (816-824 H/ 1403-1421 M)
Kekalahan Bayazid membawa akibat buruk terhadap penguasa-penguasa Islam yang semula berada di bawah kekuasaan Turki Usmani, sebab satu sama lain berebutan, seperti wilayah Serbia, dan Bulgeria melepaskan diri dari Turki Usmani. Suasana buruk ini baru berakhir setelah Sultan Muhammad I putra Bayazid dapat mengatasinya. Sultan Muhammad I berusaha keras menyatukan kembali negaranya yang telah bercerai berai itu kepada keadaan semula.


Berkat usahanya yang tidak mengenal lelah, Sultan Muhammad I dapat mengangkat citra Turki Usmani sehingga dapat bangkit kembali, yaitu dengan menyusun pemerintahan, memperkuat tentara dan memperbaiki kehidupan masyarakat. Akan tetapi saat rakyat sedang m,engharapkan kepemimpinannya yang penuh kebijaksaan itu, pada tahun 824 H
(1421 M) Sultan Muhammad I meninggal.


Sultan Murad II bin Muhammad ( 824-855 H/ 1421-1451 M)
Sepeninggalannya Sultan Muhammad I, pemerintahan diambil alih oleh Sulatan Murad II. Cita-citanya adalah melanjutkan usaha perjuangan Muhammad I. Perjuangan yang dilaksanakannya adalah untuk menguasai kembali daerah-daerah yang terlepas dari kerajaan Turki Usmani sebelumnya. Daerah pertama yang dikuasainya adalah Asia Kecil, Salonika Albania, Falokh, dan Hongaria.


Setelah bertambahnya beberapa daerah yang dapat dikuasai tentara Islam, Paus Egenius VI kembali menyerukan Perang Salib. Tentara Sultan Murad II menderita kekalahan dalam perang salib itu. Akan tetapi dengan bantuan putranya yang bernama Muhammad, perjuangan Murad II dapat dilanjutkan kenbali yang pada akhirnya Murad II kembali berjaya dan keadaan menjadi normal kembali sampai akhir kekuasaan diserahkan kepada putranya bernama Sultan Muhammad Al-Fatih.


Sultan Muhammad Al-Fatih (855-886 H/ 1451-1481 M)
Setelah Sultan Murad II meninggal dunia, pemerintahan kerajaan Turki Usmani dipimpin oleh putranya Muhammad II atau Muhammad Al-Fatih. Ia diberi gelar Al-fatih karena dapat menaklukkan Konstantinopel.





Setelah pemerintahan Sultan Muhammad, berturut-turut kerajaan Islam dipimpin oleh beberapa Sultan, yaitu:
1. Sultan Bayazid II (1481-1512 M)
2. Sultan Salim I (918-926 H/ 1512-1520 M)
3. Sultan Sulaiman (926-974 H/ 1520-1566 M)
4. Sultan Salim II (974-1171 H/ 1566-1573 M)
5. Sultan Murad III ( 1573-1596 M)

Setelah pemerintahan Sultan Murad III, dilanjutkan oleh 20 orang Sultan Turki Usmani sampai berdirinya Republik Islam Turki.




4 Fasa pemerintahan


  1. Masa Kesultanan (699-923 H)
  2. Masa Khilafah (923-974 H)
  3. Masa Kelemahan (974 – 1171 H)
  4. Masa Kemunduran dan kemerosotan (1171 – 1342 H)



Kronologi Empayar Uthmaniyyah
  • 1243M- Bangsa Turki yang hidup secara nomad menetap secara tetap di Asia Kecil.
  • 1299M- Sebuah wilayah pemerintahan kecil Turki di bawah Turki Seljuk ditubuhkan di barat Anatolia.
  • 1300M- Osman I mengisytiharkan dirinya sebagai sultan. Tertubuhnya Empayar Turki Uthmaniyyah.  





No comments:

Post a Comment